Janganlah tuan seenaknya
memelukku.
Ke mana arahnya, sudah cukup
aku tahu.
Aku bukan ahli ilmu menduga,
tetapi jelas sudah kutahu pelukan ini apa artinya…..
Siallah pendidikan yang aku
terima.
Diajar aku berhitung, mengetik,
bahasa asing,
kerapian, dan tatacara, Tetapi lupa diajarkan :
bila dipeluk majikan dari
belakang,
lalu sikapku bagaimana !
Janganlah tuan seenaknya
memelukku.
Sedangkan pacarku tak berani
selangsung itu.
Apakah tujuan tuan, sudah cukup
aku tahu, Ketika tuan siku teteku,
sudah kutahu apa artinya…… Mereka ajarkan aku membenci
dosa
tetapi lupa mereka ajarkan
bagaimana mencari kerja.
Mereka ajarkan aku gaya hidup
yang peralatannya tidak berasal dari lingkungan.
Diajarkan aku membutuhkan
peralatan yang dihasilkan majikan,
dan dikuasai para majikan.
Alat-alat rias, mesin pendingin,
vitamin sintetis, tonikum, segala macam soda, dan ijazah sekolah.
Pendidikan membuatku terikat
pada pasar mereka, pada modal
mereka. Dan kini, setelah aku dewasa.
Kemana lagi aku ‘kan lari,
bila tidak ke dunia majikan ? Jangnlah tuan seenaknya
memelukku.
Aku bukan cendekiawan
tetapi aku cukup tahu
semua kerja di mejaku
akan ke sana arahnya. Jangan tuan, jangan !
Jangan seenaknya memelukku.
Ah, Wah .
Uang yang tuan selipkan ke
behaku
adalah ijazah pendidikanku Ah,
Ya.
Begitulah.
Dengan yakin tuan memelukku.
Perut tuan yang buncit
menekan perutku.
Mulut tuan yang buruk mencium mulutku.
Sebagai suatu kewajaran
semuanya tuan lakukan.
Seluruh anggota masyarakat
membantu tuan.
Mereka pegang kedua kakiku. Mereka tarik pahaku
mengangkang.
Sementara tuan naik ke atas
tubuhku.